Hari Sabtu, 21 Januari 2017 lalu, merupakan yang paling menyenangkan. Kami para member Malang Citizen diberi kesempatan jalan-jalan di beberapa obyek wisata di daerah Batu dan juga Pujon. Setelah sebelumnya menikmati keindahan air terjun Coban Rondo dan nongkrong di kafe Dancok (Daun Coklat) lanjut ke Taman Kelinci dan Kebun Petik Stroberi. Nah,  perjalanan terkahir team Malang Citizen adalah Omah Kayu dan Paralayang, yang lokasinya di Jl. Songgokerto, Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur (65312).
Ini pengalaman pertamaku mengunjungi dua lokasi nge-hits tersebut. Oke, aku norak dan katrok dalam satu paket. Makanya kemarin aku agak lebay dan alay gitu pas melihat pemandangan indah di sana. Mulutku sampai terngaga selebar kolor bapakku yang melar.

[Rapunzel siap lempar pasmina buat bantuin pangeran naik ke atas]

Menginjakkan kaki di Omah Kayu, mata ini langsung disambut oleh pemandangan... semacam hutan yang berbalut kabut. Luar biasa. Seperti setting dalam film-film fantasy. Subhanallah. Pokoknya nggak bisa berhenti menikmati keagungan Tuhan. Aku yang takut ketinggian ini musti sedikit dipaksa buat mau foto di sana. Eaaa.... hasilnya baguuuss. Itu karena aku dipotret sama fotografer andal (dan lagi karena pemandangannya indah, kalau modelnya ya, gitu-gitu aja, hahaha)
Usai prosesi foto-foto malu di Omah Kayu, ada pemberitahuan dari petugas kalau jam Omah Kayu sudah waktunya ditutup. Oke, kami berbondong-bondong keluar dari sana. Pindah tempat menuju Paralayang. Lokasi tersebut nggak berjarak jauh dari Omah Kayu. Cuma jalan kaki beberapa menit untuk menikmati pemandangan pegunungan yang fantastis.

Karena sore itu cukup mendung agaknya bikin temen-temen ngerasa pesimis bisa dapetin pemandangan senja. Ndilalah, semua di luar bayangan kami sebelumnya. Meski mendung, beberapa menit sebelum masuk waktu adzan magrib, merahnya senja di langit terpampang jelas. Subhanallah, lukisan Ilahi. Jangsung saja memanfaatkan momen singkat tersebut dengan jepret-jepret. Dan yang sangat menyita perhatianku adalah foto mas Faqih ini. Terlihat begitu damai.

[Biarlah jomblo, yang penting ngerasain romantisme di Paralayang]

Meski momen senja memang sangat singkat, tapi keindahannya yang menawan bisa bikin senyum terkembang. Kami lega. Hingga adzan magrib berkumandang, langsung berbondong-bondong menuju mushala. Perjalanan team Malang Citizen ditutup dengan shalat magrib. Setelahnya, pulang masing-masing.
Nah, yang sedikit menggelikan mungkin pengalaman pulang. Niatnya kami mampir buat makan jagung bakar di warung pinggiran. Sekalian nyari spot foto yang penuh kerlip malam. Nah, kami salah masuk warung. Nggak ada kerlip lampu kota sama sekali yang terlihat. Rasanya sepo (tawar), ya sutralah. Akhirnya makan cepat-cepat. Soalnya aku sendiri juga sudah ditelpon sama bapak, khawatir kenapa belum pulang. Tenang, Pak! Aku nggak sendiri. Kan rombongan. Hehehe...
⁠⁠⁠⁠09:49⁠⁠⁠⁠⁠